Heboh
kasus tawuran yang terjadi di beberapa sekolah di Indonesia membuat dunia pendidikan bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Para kaum muda yang menjadi harapan untuk menjadi penerus bangsa masa depan malah berbalik menjadi perusak
bangsa. Kurangnya penanaman akan nilai-nilai moral dan agama kepada para
pelajar menjadi salah satu faktor mengapa para pelajar gemar melakukan hal-hal
yang merusak diri mereka dan bangsa kita sendiri. Apa sebenarnya yang terjadi
dengan generasi muda kita sekarang ini ?
Ada
sebagian kecil kalangan berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam
membenahi sektor pendidikan. Sesuatu yang debatable karena dari berbagai sudut
pandang dan dimensi, pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf
pendidikan. Mulai dari 20% anggaran khusus untuk pendidikan, pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang
rusak, peningkatan taraf hidup dan kualitas guru dan lain-lain.
Pendidikan
adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar
pembangunan karakter manusia dimulai. Pendidikan karakter merupakan salah satu
hal penting untuk membangun dan mempertahankan
jati diri bangsa. Sayang,
pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih khusus karena
selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai.
Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan
tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan
di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan
dan kecerdasan, namun mengabaikan
pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam
pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan.
Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut
berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu
menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat
dididik , dan harus sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak
berarti karakter itu tak dapat diubah. Perubahan karakter mengandaikan suatu
perjuangan yang berat, suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupi
nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan
informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai
lunturnya nilai-nilai kebangsaan yang
dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yang dianggap tidak cocok
dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.
Tanggung jawab pembentukan karakter
siswa bukan hanya tanggung jawab sebagian guru khususnya guru mata pelajaran
PKn dan Pendidikan Agama tetapi harus merupakan upaya bersama para guru,
sehingga diharapkan segala upaya ini dapat menjadi pagar betis penangkal
pengaruh negatif yang sedang marak berkembang belakangan ini.
Berikut ini adalah upaya yang dapat
dilakukan oleh pendidik dalam membangkitkan kembali semangat dan jati diri di
kalangan siswa :
Pertama, penguatan
peran pendidik dan peserta didik agar terjalin sinergi antara implementasi
kegiatan transfer ilmu yang tetap mengedepankan kualitas dengan terwujudnya
peserta didik yang bermoral dan memegang teguh semangat nasionalisme. Penguatan
semangat nasionalisme harus dimulai dengan mengembalikan jati diri pelajar agar
terbentuk pribadi yang mantap dan berakhlak mulia. Jati diri dapat memancar dan
tumbuh kembang diawali dengan menemukenali diri kita sendiri dan menemukan
kembali jati diri kita sebagai pendidik dan peserta didik. Membangun jati diri
adalah membangun karakter. Dalam membangun karakter dapat dilakukan dengan
menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga siswa menjadi paham,
menanamkan tata nilai serta menanamkan mana yang boleh dan mana yang tidak ,
mampu melakukan dan memberikan teladan hidup.
Peran
guru dalam proses internalisasi nilai-nilai positif di dalam diri siswa tidak
bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun. Oleh karena itu,
mengembalikan jati diri siswa memerlukan keteladanan yang hanya ditemukan pada
pribadi guru. Dalam menjalani amanah sebagai khalifah di muka bumi kita
hendaknya mampu memberikan suri teladan yang baik yang akan dicontoh oleh siswa
didik kita. Diawali dari niat yang bersih dan tulus ikhlas dalam setiap
mengawali pekerjaan, selalu bersyukur kepada-Nya dan memiliki hasrat untuk
berubah melalui doa dan usaha. Dengan terciptanya hasrat untuk berubah ke arah
yang lebih baik tentu akan menimbulkan manfaat yang positif terhadap
perkembangan siswa. Perlu ditanamkan dalam diri kita sebagai pendidik bahwa
sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain.
Tanpa peranan guru pendidikan karakter dan pengembalian jati diri siswa tidak
akan berhasil dengan baik. Orang yang berjati diri akan memadukan antara cipta,
karsa dan rasanya. Pengembangan jati diri merupakan totalitas penampilan atau
kepribadian yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap dan
perilakunya.
Kedua,
orang tua adalah sosok yang sangat penting karena merekalah yang menanamkan
nilai-nilai kehidupan kepada anak. Oleh karena itu, peran orang tua diharapkan
untuk lebih memerhatikan pendidikan yang diberikan kepada anaknya dan mengenali
kondisi psikologis anak lebih dalam lagi agar anak tersebut dapat menjadi sosok
yang berkarakter di lingkungan masyarakat. Orang tua harus mengenali psikologis
anak agar orang tua tahu kalimat yang keluar dari mulutnya tidak memberi dampak
negatif terhadap psikologis si anak.
Ketiga,
mengoptimalkan kegiatan pengembangan diri. Kegiatan ini merupakan kegiatan
diluar jam pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui layanan bimbingan konseling (BK) dan kegiatan
ekstrakurikuler. Layanan BK dapat dioptimalkan melalui komunikasi yang interaktif
antara guru,siswa dan orang tua siswa sehingga dapat mengantisipasi hal-hal
yang tidak diinginkan dari pengaruh negatif
lingkungan. Kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat menyalurkan
minat, bakat, kemandirian siswa dan kemampuan bermasyarakat dan kehidupan
beragama serta kemampuan untuk memecahkan masalah. Kegiatan seperti Pramuka,
Paskibra, KIR, kegiatan olahraga dan banyak lagi kegiatan pengembangan diri
yang dikembangkan oleh tiap-tiap sekolah diharapkan dapat membangkitkan
semangat kebangsaan sehingga diharapkan terbentuk pribadi siswa yang memiliki
jiwa pembaharu, bertanggung jawab, memiliki keberanian, disiplin, tidak mudah
menyerah, dan menjadi generasi emas bagi bangsa Indonesia.
Mudah-mudahan
dengan semangat nasionalisme yang tinggi dan kerjasama yang baik antara orang tua siswa,
guru, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar dapat membentengi
siswa dan menyelamatkan siswa dari pengaruh negatif lingkungan sehingga siswa dapat meraih prestasi
dan menjunjung tinggi budi pekerti. Siswa dapat menjadi pelopor bagi lingkungan
sekitarnya untuk terus senantiasa membangkitkan semangat nasionalisme di dada
seluruh masyarakat Indonesia. Sekali lagi mudah-mudahan dengan bangkitnya
kembali semangat nasionalisme yang telah memudar akan dapat mengembalikan jati
diri bangsa Indonesia sehingga dapat bangkit menjadi bangsa yang beradab,
bermartabat dan dapat bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan
identitas karakter kebangsaannya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.