RSS
Facebook
Twitter

Kamis, 15 November 2012


          
   Heboh kasus tawuran yang terjadi di beberapa sekolah di Indonesia membuat dunia pendidikan bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Para kaum muda yang menjadi harapan untuk menjadi penerus bangsa masa depan malah berbalik menjadi perusak bangsa. Kurangnya penanaman akan nilai-nilai moral dan agama kepada para pelajar menjadi salah satu faktor mengapa para pelajar gemar melakukan hal-hal yang merusak diri mereka dan bangsa kita sendiri. Apa sebenarnya yang terjadi dengan generasi muda kita sekarang ini ?
Ada sebagian kecil kalangan berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam membenahi sektor pendidikan. Sesuatu yang debatable karena dari berbagai sudut pandang dan dimensi, pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan. Mulai dari 20% anggaran khusus untuk pendidikan,  pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang rusak, peningkatan taraf hidup dan kualitas guru dan lain-lain.
Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan mempertahankan  jati diri bangsa.  Sayang, pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih khusus karena selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan  kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat diubah. Perubahan karakter mengandaikan suatu perjuangan yang berat, suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan   yang dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yang dianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi.
            Tanggung jawab pembentukan karakter siswa bukan hanya tanggung jawab sebagian guru khususnya guru mata pelajaran PKn dan Pendidikan Agama tetapi harus merupakan upaya bersama para guru, sehingga diharapkan segala upaya ini dapat menjadi pagar betis penangkal pengaruh negatif yang sedang marak berkembang belakangan ini.
            Berikut ini adalah upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam membangkitkan kembali semangat dan jati diri di kalangan siswa :
Pertama, penguatan peran pendidik dan peserta didik agar terjalin sinergi antara implementasi kegiatan transfer ilmu yang tetap mengedepankan kualitas dengan terwujudnya peserta didik yang bermoral dan memegang teguh semangat nasionalisme. Penguatan semangat nasionalisme harus dimulai dengan mengembalikan jati diri pelajar agar terbentuk pribadi yang mantap dan berakhlak mulia. Jati diri dapat memancar dan tumbuh kembang diawali dengan menemukenali diri kita sendiri dan menemukan kembali jati diri kita sebagai pendidik dan peserta didik. Membangun jati diri adalah membangun karakter. Dalam membangun karakter dapat dilakukan dengan menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga siswa menjadi paham, menanamkan tata nilai serta menanamkan mana yang boleh dan mana yang tidak , mampu melakukan dan memberikan teladan hidup.
Peran guru dalam proses internalisasi nilai-nilai positif di dalam diri siswa tidak bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun. Oleh karena itu, mengembalikan jati diri siswa memerlukan keteladanan yang hanya ditemukan pada pribadi guru. Dalam menjalani amanah sebagai khalifah di muka bumi kita hendaknya mampu memberikan suri teladan yang baik yang akan dicontoh oleh siswa didik kita. Diawali dari niat yang bersih dan tulus ikhlas dalam setiap mengawali pekerjaan, selalu bersyukur kepada-Nya dan memiliki hasrat untuk berubah melalui doa dan usaha. Dengan terciptanya hasrat untuk berubah ke arah yang lebih baik tentu akan menimbulkan manfaat yang positif terhadap perkembangan siswa. Perlu ditanamkan dalam diri kita sebagai pendidik bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Tanpa peranan guru pendidikan karakter dan pengembalian jati diri siswa tidak akan berhasil dengan baik. Orang yang berjati diri akan memadukan antara cipta, karsa dan rasanya. Pengembangan jati diri merupakan totalitas penampilan atau kepribadian yang akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap dan perilakunya.
            Kedua, orang tua adalah sosok yang sangat penting karena merekalah yang menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak. Oleh karena itu, peran orang tua diharapkan untuk lebih memerhatikan pendidikan yang diberikan kepada anaknya dan mengenali kondisi psikologis anak lebih dalam lagi agar anak tersebut dapat menjadi sosok yang berkarakter di lingkungan masyarakat. Orang tua harus mengenali psikologis anak agar orang tua tahu kalimat yang keluar dari mulutnya tidak memberi dampak negatif terhadap psikologis si anak.
            Ketiga, mengoptimalkan kegiatan pengembangan diri. Kegiatan ini merupakan kegiatan diluar jam pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui layanan bimbingan konseling (BK) dan kegiatan ekstrakurikuler. Layanan BK dapat dioptimalkan melalui komunikasi yang interaktif antara guru,siswa dan orang tua siswa sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dari pengaruh negatif  lingkungan. Kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat menyalurkan minat, bakat, kemandirian siswa dan kemampuan bermasyarakat dan kehidupan beragama serta kemampuan untuk memecahkan masalah. Kegiatan seperti Pramuka, Paskibra, KIR, kegiatan olahraga dan banyak lagi kegiatan pengembangan diri yang dikembangkan oleh tiap-tiap sekolah diharapkan dapat membangkitkan semangat kebangsaan sehingga diharapkan terbentuk pribadi siswa yang memiliki jiwa pembaharu, bertanggung jawab, memiliki keberanian, disiplin, tidak mudah menyerah, dan menjadi generasi emas bagi bangsa Indonesia.
Mudah-mudahan dengan  semangat nasionalisme  yang tinggi dan  kerjasama yang baik antara orang tua siswa, guru, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar dapat membentengi siswa dan menyelamatkan siswa dari pengaruh negatif  lingkungan sehingga siswa dapat meraih prestasi dan menjunjung tinggi budi pekerti. Siswa dapat menjadi pelopor bagi lingkungan sekitarnya untuk terus senantiasa membangkitkan semangat nasionalisme di dada seluruh masyarakat Indonesia. Sekali lagi mudah-mudahan dengan bangkitnya kembali semangat nasionalisme yang telah memudar akan dapat mengembalikan jati diri bangsa Indonesia sehingga dapat bangkit menjadi bangsa yang beradab, bermartabat dan dapat bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan identitas karakter kebangsaannya. 

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.